Minggu, 23 Oktober 2011

sejarah kesultanan sambas


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Berita tentang kerajaan sambas dapat di temui dalam kitab Negarakertagama yang di tulis pada tahun 1365 oleh empu prapanca. Sumber menyebutkan sambas sebagai daerah atau kerajaan yang di bawah kerajaan majapahit. Keterangan tersebut tertuangdalam pupuh XII yang tersembunyi.
“Iwas dengan samudra serta lamuri, batam, lampung, dan juga barus itulah terutama Negara-negara melayu yang telah tunduk. Negara-negara di daerah tanjung pura: Kapuas, katingan, sampit, kota lingga, kota waringin, sambas, laway ikut tersebut”.
Dari bukti sejarah lain seperti tulisan van dermeulen dari buku plomoleus dias yang berjudul geogrepia bahwa pada awal abad masehi telah di katahui daerah-daerah Kalimantan seperti Sambas, Mempawah, Sukadana, dan Tanjung Pura telah berpenghuni. Ada pun sumber sejarah lain yakni kronik Dinasti Sung (960-tenta1278) yang telah menyatakan keberadaan bagian barat Kalimantan yang di sebut dengan “Uni”.
Riwayat kerajaan dan para Sultan Sambas berdasarkan catatan tertulis dan benda peninggalan secara jelas dimulai pada awal berdirinya kesultanan Islam Sambas pada awal abad ke-17. Sumber tertulis utama tentang kesultanan Sambas, adalah tulisan Sultan Muhammad Syafiuddin II berjudul “Silsilah Raja-raja Sambas” yang tertulis sendiri oleh Sultan Sambas ke-13 itu pada bulan Desember 1903.
Sumber tertulis utama dari Negara Brunai Darussalam adalah kitab “Silsilah Raja-Raja Brunai”.Sumber sejarah kesultanan Sambas berkaitan dengan kerajaan Brunai telah diterbitkan dalam tiga buah buku oleh Pusat sejarah Brunai. Ketiga buku tersebut adalah:
1.      “Tarsilah Brunai,sejarah awal dan perkembangan islam”(thn 1990).
2.      “Raja tengah, Sultan Serawak Pertama dan Terakhir”(thn 1995).
3.      “Tarsilah Brunai, Zaman kegemilangan dan Kemashuran”(thn 1997).
Sampai sejauh mana pengaruh kerajaan Majapahit terhadap pertumbuhan dan perkembangan kerajaan Sambas belum dapat di ketahui karna belum banyak di temukan data-data sejarah. Namun terdapat suatu peninggalan yang hingga kini masih dapat dilihat, yakni makam Ratu Sepudak di situs Kota Lama, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas. Ratu Sepudak merupakan raja besar dari kerajaan Sambas pra-islam yang diyakini sebagai keturunan dentara majapahit yang masih menganut agama hindu. Ratu Sepudak mempunyai dua orang puteri bernama Raden Ayu Anom yang menikah dengan Raden Prabu Kencana, keponakan dari Ratu Sepudak sendiri, serta Raden Mas Ayu Bungsu yang menikah dengan Raden Sulaiman putera tertua dari Raja Tengah dari kerajaan Brunei.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Asal Mula Kesultanan Sambas
2.      Peristiwa-Peristiwa Penting masa Kesultanan Sambas
3.      Raja-Raja yang menduduki Tahta Kerajaan Sambas
4.      Bukti-Bukti Peninggalan Kesultanan Sambas

C.    TUJUAN
1.      Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Sejarah Lokal.
2.      Mahasiswa dapat mempelajari lebih jauh mengenai Kesultanan Sambas.
3.      Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana perkembangan dari Kesultan Sambas.











BAB II
PEMBAHASAN MATERI
KESULTANAN SAMBAS

A.    ASAL MULA KESULTANAN SAMBAS
Sejarah tentang asal-usul Kesultanan Sambas tidak terlepas dari Kerajaan Brunei Darussalam. Pada zaman dahulu, dinegeri Brunei Darussalam, bertahtalah seorang raja yang bergelar Sri Paduka Sultan Mudammad. Setelah beliau wafat, tahta kerajaan diserahkan kepada anak cucunya secara turun-temurun. Sampailah pada keturunan yang kesembilan yaitu bernama Sultan Abdul Jalil Akbar.
Sultan Abdul Jalil Akbar ini mempunyai putera yang bernama Sultan Raja Tengah. Sultan Raja Tengah ini, Pada suatu ketika datang ke kerajaan Tanjung Pura. Karena tabiat, prilaku serta tata kramanya baik dan sesuai dengan keadaan di Kerajaan Tanjung Pura dan sekitarnya maka kedatangan Sultan Raja Tengah diterima dengan baik oleh Raja Tanjung Pura. Karena tabiatnya yang baik itu pula maka beliau sangat disegani Raja Tanjung Pura serta rakyatnya. Bahkan Raja Tanjung Pura merelakan puterinya yang bernama Ratu Surya menikah dengan Sultan Raja Tengah. Perkawinan antara sultan raja tengah dan ratu surya, dikaruniai tiga orang putera, yaitu raden sulaiman,pangeran Bahauddin serta Pangeran Abdul Wahab. Raden Sulaiman inilah pendiri kerajaan islam sambas. Jauh sebelum Sultan Raja Tengah ini datang dari Brunei ke Tanjungpura dan akhirnya ke Sambas, di Sambas telah berdiri Kerajaan Hindu yang diperintah oleh seorang Ratu yang bernama Ratu Sepudak. Baginda Ratu Sepudak ini adalah keturunan dari Kerajaan Majapahit di pulau Jawa.
Pada saat Ratu Sepudak berkuasa, pusat pemerintahannya terletak di kota Lama (kira-kira 36 km dari kota Sambas sekarang ), tepatnya dikecamatan Teluk Keramat. Baginda Ratu Sepudak telah dikaruniai oleh dua orang puteri. Puteri yang sulung dikawinkan dengan keponakan Ratu Sepudak yang bernama Raden Prabu Kencana. Dialah yang ditetapkan sebagai pengganti raja apabila Ratu Sepundak wafat. Ketika Ratu Sepudak memerintahkan inilah datang Raja Tengah beserta rombongan diSambas. Karena budi pekertinyanya yang baik itulan, maka mereka diterima dengan baik pula oleh Ratu Sepudak dan rakyanya. Sejak saat itu pula, banyak rakyat Sambas yang menjadi pengikutnya dan memeluk agama Islam. Tidak berapa lama setelah Raja Tengah dan rombongan berada di Sambas, Ratu Sepudak wafat. Menantunya yang bernama Raden Prabu Kencana naik tahta dan memerintah dengan gelar Ratu anom Kesuma Yudha. Pada waktu bersamaan, Puturi Ratu Sepudak yang kedua yang bernama Puteri Mas Ayu bungsu kawin dengan Raden Sulaiman (Putera Sulung Raja Tengah) hasil perkawinanya dengan  putera yang Ratu Surya). Perkawinan antara Puteri Mas Ayu Bungsu dengan Raden Sulaiman ini dikaruniai seorang putera yang diberi nama Raden Bima.
Pada saat Ratu Anom Kesuma Yudha memerintah,beliau mengangkat pejabat pejabat itu kerajaan.Pejabat-pejabat itu tugasnya membantu Raja dalam menjalankan roda pemerintahan. Adapun yang ditunjuk sebagai pejabat kerajaan itu antara lain, adik kandung raja yang bernama Pangeran Mangkurat. Dia diangkat sebagai wasir utama. Tugas wasir itu adalah mengurus harta benda kerajaan. Tetapai,kadang-kadang mewakili raja apabila raja tidak ada di tempat. Sedangkan wasir kedua ditunjukkan raden Sulaiman. Tugas wasir  kedua ini adalah mengurus segala sesuatu yang menyangkut dalam dan luar negeri. Dalam menjalankan tugasnya,Raden Sulaiman masih dibantu oleh Menteri-Menteri dan petinggi lainnya.
Sejak Raden Sulaiman ditunjuk sebagai wasir kedua di kerajaan ini, kegiatan dan pengaruh Raden Sulaiman dalam mengembangkan agama islam semakin meningkat. Penduduk Kota Lama yang semula beragama Hindu banyak berpindah memeluk agama islam. Hal ini menyebabkan Pangeran Mangkurat iri hati. Selain itu rakyat lebih banyak yang menghargai Raden Sulaiman daripada Pangeran Mangkurat. Hal itulah semakin membuat Pangeran sakit hati.
Suatu ketika Pangeran Maangkurat dan prajurit-prajuritnya yang masih beragama Hindu membuat huru-hara. Mereka membunuh penduduk yang beragama islam dan membakar mesjid-mesjid. Salah satu yang terbunuh adalah pembantu Raden Sulaiman yang bernama Kyai Satya Bakti. Kejadian ini dilaporkan kepada raja, namun tidak ditanggapinya. Suasana kerajaan semakin keruh, Pangeran Mangkurat masih belum puas membuat gara-gara itu. Melihat agama Islam terus berkembang dan penduduk yang beragama Hindu semakin merosot, maka ia memaksa istri Raden Sulaiman yang sudah beragama islam berbalik ke agama Hindu. Tetapi paksaan itu tidak deperdulikannya justru Putri Ayu Mas Bungsu semakin kuat imannya terhadap agama Islam. Karena maksud Pangeran Mangkurat tidak kesampaian, maka ia menghadap Ratu Anom Kesuma Yudha. Ia menantang pada Ratu Anom untuk memilih dua pilihan. Memecat Raden Sulaiman atau Pangeran Mangkurat sendiri akan mengundurkan diri. Keadaan ini membuat Raden Anom serba salah.
Menyadari hal itu, Raden Sulaiman cepat mengambil suatu keputusan. Daripada terjadi kesalahpahaman terus dikerajaan, Raden Sulaiman beserta istrinya dan keluarganya memilh meninggalkan Kota Lama. Mereka menuju kedaerah baru dan mendirikan sebuah kota yang diberi nama Kota Bangun. Karena Raden Sulaiman mempunyai pengaruh yang kuat didaerah Kota Lama, maka banyak pengikutnya yang mengiringi keberangkatannya. Mereka beramai-ramai ikut pindah ke Kota Bangun. Bahkan orang-orang yang belum memeluk agama islam pun ikut juga pindah, akibatnya Kota Lama menjadi lengang dan sunyi.
Setelah beberapa waktu Raden Sulaiman berada di Kota Bangun, atas anjuran para pembantu dan atas kesepakatan bersama dengan Ratu Anom Kesuma Yudha, beliau dan pengikut-pengikutnya pindah lagi menuju kota Bandir. Sementara itu, Ratu Anom Kesuma Yudha sendiri berangkat meninggalkan Kota Lama menuju kota Selakau. Didaerah inilah mereka mendirikan kerajaan yang ibukota pemerintahannya diberi nama Kota Balai Pinang. Tidak lama setelah berada dikota Balai pinang, Ratu Anom Kesuma Yudha meninggal dunia. Begitu juga dengan Pangeran Mangkurat. Maka putra Ratu Anom yang bernama Raden Bekut diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya. Setelah menjadi raja, beliau memakai gelar panembahan kota Balai. Raden Bekut yang bergelar pangeran kota balai mempunyai seorang istri yang bernama Mas Ayu Krontiko (salah seorang puteri dari Pangeran Mangkurt).
Setelah Raden Bekut meninggal, tahta kerajaan digantikan oleh putera mahkota yang bernama Raden Mas Dungun. Raden Mas Dungun inilah yang merupakan panembahan terakhir kota Balai Pinang. Kerajaan ini berakhir karena utusan Raden Sulaiman menjemput mereka kembli ke Sambas. Kira” 3 tahun Raden Sulaiman dan pengikutnya tinggal di kota Bandir. Atas hasil mufakat antara Raden Sulaiman dengan para pembantunya, mereka pindah lagi meninggalkan kota Bandir dan mendirikan sebuah kerajaan yang pusat pemerintahannya di Lubuk Madung yang terletak di persimpangan 3 sungai yaitu sungai sambas kecil, sungai subah dan sungai tebarau tempat ini disebut muara ulakan kemudian kerataon dibangun disini yang masih berdiri sampai sekarang.
Ditempat inilah Raden Sulaiman dinobatkan menjadi sultan yang pertama dikerajaan sambas. Sejak beliau naik tahta beliau memakai gelar Muhammad Syafeiuddin I. Sejak Raden Sulaiman menjadi raja di kerajaan sambas ini saudara-saudara kandungnya juga diberi kedudukan dan pangkat. Raden Bahauddin diberi gelar pangeran bendahara Sri Maharaja. Sedangkan adiknya yang bernama Pangeran Abdul Wahab diberi gelar Pangeran Tumenggung Jaya Kusuma. Putera Raden Sulaiman yang bernama Raden Bima, semakin hari semakin besar dan mempunyai watak seperti ayahnya dan diharapkan menggantikan kedudukan Raden Sulaiman apabila raja itu wafat.
Setelah cukup dewasa, beliau disuruh ayahnya pergi ke Sukadana untuk ziarah kaum keluarganya. Di Sukadana, ia disambut dengan baik oleh raja Sukadana. Pada saat itu Raden Bima dikawinkan dengan adik bungsu Sultan Zainuddin bernama R. Meliau. Nama ini diambil dari nama sebuah sungai di Sukadana. Beberapa lama Raden Bima diSukadana, ia dan keluarganya pamit kepada Sultan Zainuddin untuk kembali kesambas. Tidak lama kemudian setelah berada di Sambas beliau disuruh Raden Sulaiman pergi ke Brunei menghadap keluarganya yang dituju yaitu Sultan Abdul Jalil Akbar. Kedatangan beliau mendapat sambutan yang sangat baik dan meriah. Oleh Sultan Abdul Jalil Akbar , Raden Bima dikaruniai nama Muhammad Tajuddin.
Sekembalinya Raden Bima dari Brunei, Raden Sulaiman mengundurkan diri menduduki tahta kerajaan. Tahta kerajaan selanjutnya diserahkan kepada Raden Bima dan bergelar Sultan Muhammad Tajuddin. Bersamaan dengan itu, Raden Ahmad (Putera dari Raden Abdul Wahab) dilantik menjadi Pangeran Bendahara Sri Maharaja. Dua tahun kemudian Raden Sulaiman wafat.
Setelah beberapa lama Sultan Tajuddin memerintah, beliau meninggal dunia. Pemerintahan dilanjutkan oelh putranya yang bernama Raden Meliau yang bergelar Sultan Umar Akamuddin 1. Sultan Umar dalam menjalankan pemerintahan menurut dasar yang permaisurinya diberi gelar Ratu Adil. Dan itu sebabnya maka dalam sejarah Sambas dalam pemerintahan ini terkenal dengan Sultan Marhum Adil.
Wafatnya Sultan Umar Akamuddin 1 tahta kerajaan diserahkan kepada putranya yang bernama Raden Bungsu. Beliau setelah naik tahta bergelar Sultan Abubakar Kamaluddin. Tidak ada peristiwa atau hal yang menarik dalam pemerintahan raja ini.
Setelah Sultan Abubakar Kamaludin wafat, tahta kerajaan diduduki oleh Sultan Abubakar Tajuddin 1. Kemudian diganti oleh Raden Pasu. Raden Pasu ini lebih dikenal dengan nama Pangeran Anom. Sejak diangkat menjadi raja, beliau bergelar Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin 1.
Pada saat pemerintahan raja ini, beliau mengangkat wakil-wakil raja. Yang menduduki sebagai wakil raja yaitu; Sultan Usman  Kamaluddin dan Sultan Umar Akamuddin III.
Dalam sejarah kerajaan Sambas, Pangeran Anom dikenal sebagai orang yang gagah berani. Beliau mempunyai kegemaran merantau,sambil mengarungi samudra luas. Tujuannya ingin menupas perompak-perompak lanun (pembajak laut yang sangat kejam) yang  merugikan lalu lintas perdangan antara negeri sambas dengan negeri lain. Pulau Lemukutan(pulau kecil di perairan selat karimata) dijadikan daerah pertahanan. Karena letaknya sangat strategis untuk perang, maka didirikanlah sebuah benteng untuk menghadang musuh.
Setelah memerintahkan kira-kira 13 tahun, Sultan Muhammad Ali syafeiuddin I wafat. Tahta  kerajaan jatuh  pada Putera Mahkota yang bernama Raden Iskak. Beliau diberi gelar Pangeran Ratu Natakusuma. Tetapi karena waktu Raden Iskak masih berusia 6 (enam) tahun, sehingga ia dipandang belum cukup umur untuk memegang tampuk pemerintahan. Oleh sebab itu roda pemerintahan diwakilkan kepada Sultan Usman Kamaludin.
Kira-kira 3 tahun Sultan Usman Kamaluddin menjalankan roda pemerintahan, beliaupun wafat. Maka tahta kerajaan dilimpahkan kepada Sultan Umar Akamuddin III. Karena Raden Iskak saat itu juga belum cukup dewasa.
Setalah sultan Umar Akamuddin III memerintah kira-kira 14 tahun, beliau wafat, maka tahta kerajaan diserahkan kembali kepada Putera Mahkota. Kebetulan pada saat itu ia sudah cukup dewasa untuk memegang tampuk pemerintahan.
Sejak menduduki tahta kerajaan beliau memakai gelar Sultan Abubakar Tajuddin II. Pada saat itu beliau menetapkan puteranya yang bernama Syafeiuddin sebagai putera Mahkota. Ia diberi gelar Pangeran Adipati
Pada tahun 1855, oleh pemerintahan Belanda, Sang Raja diasingkan ke Jawa Begitu pula Putera Mahkota juga diberangkatkan ke Jawa untuk belajar. Maka sebagai wakil yang menjalankan roda pemerintahan pemerintahan adalah raden Toko (pangeran Ratu Mangkunegara). Beliau bergelar Sultan Umar Kamaluddin.
Setelah 6 tahun belajar di jawa. Pangeran adipati pulang ke Sambas pada tahun 1861 dia diangkat sebagai Sultan Muda di Kerajaan Sambas. Baru 5 tahun berikutnya, beliau diangkat menjadi Sultan dengan gelar Sultan Muhammad Syafeiuddin II.
Pada masa pemerintahan Sultan ini, banyak terjadi kemajuan-kemajuan di Kerajaan Sambas di antaranya; berdirinya sebuah Sekolah Umun, Masjid, Agama. Sekolah Bumiputera, dan sebagainya. Selain itu juga dibangun jalan dari Sambas ke pemangkat, dan dari Pemangkat, dan dari Singkawang ke Bengkayang. Dibangun juga saluran-saluran air yang dipinggirnya ditanami pohon-pohonan . Suatu hal yang yang tidak pernah dikerjakan oleh raja-raja sebelumnya adalah membangun tempat peristirahatan. Saat itu beliau membangun  tempat peristirahatannya di danau sebedang(jarak danau ini kira-kira 16 Km dari kota Sambas kea rah Singkawang).
Sultan Muhammad Syafeiuddin II mempunyai 2 orang istri. Dari istri pertama yang bernama Ratu Anom Kesumaningrat, beliau mempunyai seorang putera yang bernama Raden Ahmad. Beliaulah yang diangkat sebagai Putera Mahkota. Sedangkan dari istri kedua bernama Encik Nana mereka dikaruniai juga seorang putera yang diberi nama Muhammad Aryadinigrat. Sebelum menjabat sebagai raja, Putera Mahkota itu wafat mendahului ayahnya. Kemudian ditunjuklah anaknya sebagai penggantinya, yaitu Muhammad Mulia Ibrahim.
Pada saat Raden Ahmad meninggal, Sultan Muhammad Syafeiuddin II telah berkuasa selama 56 tahun. Beliau merasa sudah lanjut usia. Maka dinobatkanlah Raden Muhammad Aryadiningrat sebagai wakil raja dengan gelar Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin II dan masa pemerintahannya kira-kira 4 tahun kemudian beliau wafat. Roda pemerintahan diserahkan kepada Sultan Mulia Ibrahim Syafeiuddin.
Pada masa pemerintahan raja inilah, Jepang datang di Sambas. Kekejaman Jepang merubah semuanya. Jepang mengadakan pembantaian massal diseluruh daerah Kalimantan Barat. Sultan Muhammad Mulia Ibrahim adalah salah seorang yang menjadi korban keganasan Jepang. Sejak saat itu, berakhir pulalah kekuasaan kerajaan di Sambas.

B.     PERISTIWA-PERISTIWA PENTING MASA KESULTANAN SAMBAS
Pada masa pemerintahan Sultan Abubakar Tajuddin I dan Sultan-Sultan berikutnya telah terjadi peristiwa-peristiwa penting antara lain:

1.      Perang Melawan Siak
Siak atau nama lengkapnya Siak Sri Indrapura adalah nama sebuah kerajaan di Riau, Sumatera. Pada tahun 1779, raja Ismail dari Siak bersama bala tentaranya menyerang Sambas. Terjadilah peperangan yang menimbulkan banyak korban dikedua belah pihak. Dibawah pimpinan Pangeran Anom, akhirnya serangan ini bisa dipatahkan.
Tentara-tentara dari Siak berhasil dipukul mundur oleh pahlawan-pahlawan Sambas. Pada tahun 1801, dengan angkatan perang yang lebih besar dan persenjataan yang lebih lengkap, Siak menyerang lagi yang dipimpin langsung oleh Sultan Siak sendiri yaitu Said Ali. Serangan yang kedua ini lebih hebat lagi. Permaisuri Siak yang terkenal gagah berani ikut berperang di sini. Ia maju menyerbu laksana seekor harimau sehingga mengakibatkan banyak korban di pihak sambas. Melihat pasukannya kocar-kacir, Pangeran Anom menyerbu ke Medan pertempuran. Beliau menembakkan sebuah peluru “ Petunang “ yang menyambar seperti petir dan tepat mengenai sasarannya. Permaisuri Siak meninggal pada waktu itu juga. Pangeran Aru dari Siak juga tewas di tangan Pangeran Lawang Tendi dari Sambas.
Dengan meninggalnya Permaisuri Siak, angkatan perang Siak terpecah belah, masing-masing menyelamatkan diri dan kembali ke Siak. Kemenangan kembali ada di pihak Kerajaan Sambas.
2.      Perselisihan dengan Mempawah
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1799.. Semua ini karena ada pengertian dari kedua belah pihak. Sebagai tindak lanjut, diadakan perjanjian antar keduanya. Adapun isi perjanjian itu adalah perselisihan dianggap selesai dan keduanya tidak akan saling menyerang.

3.      Perang dengan Cina
Daerah Sambas terkenal kaya akan tambang emas sehingga banyak orang dari luar negeri yang datang ke Sambas untuk mencari emas tersebut terutama orang-orang Cina. Para pencari emas dari bangsa Cina mendirikan beberapa kongsi, antara lain “Thai Kong”  yang meliputi daerah Lara, Lumar, dan Menterado. Kongsi yang lain adalah kongsi “Sam Thu Kiau” yang meliputi daerah Pemangkat, Seminis dan Sabawi.
Produksi yang diperoleh kongsi-kongsi itu semakin hari semakin meningkat. Pembayaran upeti (pajak) ke kerajaan berjalan lancer. Pendapatan kerajaan semakin bertambah dan hal ini mengakibatkan rakyat pun hidup dengan makmur. Pada tahun 1795, terjadi persengketaan antara kedua kongsi tersebut. Persengketaan itu akhirnya menjadi perang saudara. Sam Thu Kiau minta bantuan kepada Pangeran Anom dan berjanji akan setia dan tidak mendurhakai rakyat Sambas. Dengan pasukan gabungan yang dipimpin oleh Pangeran Anom, pasukan Thai Kong dapat dikalahkan. Tetapi nasib malang bagi Kerajaan Sambas karena dalam pertempuran itu telah gugur seorang Pangeran yang bernama Teuku Tambo. Teuku Tambo adalah Panglima Perang Sultan Siak yang menyerah kepada Pangeran Anom.

4.      Perang dengan Inggris
Pada tahun 1789  Imam Yacub disuruh oleh Sultan Akamuddin II pergi ke Jawa untuk membuat jambangan emas. Karena diserang angin ribut, maka perahunya kesasar di perairan Banjarmasin. Disnilah Imam Yacub dan anak buahnya dibunuh dan semua barang-barangnya dirampok oleh tentara-tentara Banjarmasin. Melihat hal itu, Pangeran Anom memimpin angkatan perangnya untuk menyerang ke Banjarmasin.
Dalam perjalanan Pangeran Anom ke Banjarmasin telah terjadi suatu peperangan dengan sebuah kapal perang Inggris. Tentara Inggris dapat dikalahkan dan kapalnya ditenggelamkan. Pada tahun 1812 sewaktu Pangeran Anom berkunjung ke Serawak, kapal perang Inggris menyerang Sambas. Penyerangan ini sebagai balasan atas tenggelamnya kapal Inggris di perairan Banjarmasin tahun 1789 itu. Karena Pangeran Anom tidak ditempat, maka Pangeran Muda (Putera Pangeran Anom) ditunjuk memimpin angkatan perang Sambas menghadapi musuh. Dengan penjagaan yang ketat dan kewaspadaan yang tinggi, tentara Inggris tidak berhasil menembus pertahanan tentara Sambas.akhirnya tentara inggris  menyelinap dan membujuk salah seorang  rakyat sambas untuk  menunjukan tempat  pertahanan tentara  sambas yang lemah. Karena telah di suap  dengan uang,  ada rakyat yang menunjukan  jalan menuju  kota sambas dengan aman.  Tentara inggris mendaratkan pasukan nya di kartiasa, kemudian di tepi sungai kecil  dan akhirnya masuk ke dalam kota sambas.
Kedatangan  pasukan ini menimbulkan  peperang, sayang sekali pada perang ini pasukan sambas  bisa di kalahkan. Banyak panglima perang  dan rakyat yang gugur. Termasuk yang gugur dalam peperangan  ini adalah  Pangeran Muda. Tentara inggris terus masuk menyusuri  sungai sambas kecil  hingga ke muara sungai Teberau dan membakar kampong nya. Kampong yang pernah di bakar pada waktu itu, sekarang di namakan kampong Angus. Pada tahun 1813 sambas menyerah pada Inggris.

5.      Perang dengan Cina II
Pada tahun 1850,  dimasa pemerintahan Sultan Abubakar Tajuddin II, seluruh pemilik tambang emas yang tergabung dalam  kongsi-kongsi menggabungkan  diri menjadi satu, mereka tidak mau membayar upeti pada Sultan. Bahkan mereka  melancarkan  seranga untuk menguasai negeri sambas, karena serangan itu tidak bisa di tumpas, atas hasil musyawarah sultan sambas meminta  bantuan kepada Belanda. Pada Tahun 1851 bala bantuan Belanda datang ke sambas pasukan belanda ini di pimpin oleh Letkol Zorg.benteng Sam Thukiau di pemangkat berhasil di rebut  dalam peperangan merebut benteng Sam Thu Kiau tersebut Letkol. Zorg tewas di tangan  pasukan cina  dia di makam kan di bukit panembungan sambas. Pemberontakan cina masih berlanjut, pada tahun 1854 di datangkan  lagi pasukan belanda  yang di pimpin oleh letkol Anderssen. Dengan bantuan ini, cina bisa di kalahkan  dan kongsi-kongsi cina itu akhirnya bubar.

C.    RAJA-RAJA YANG MENDUDUKI TAHTA KERAJAAN SAMBAS          
Raja-raja yang pernah menduduki tahat kerajaan Sambas dibagi menjadi 2 jaman, yaitu: zaman Hindu, beribukota di Kota Lama dan zaman Islam, beribukota di Muara Ulakkan:

Adapun raja-raja yang berkuasa pada jaman Hindu antara lain:
1.      Ratu Sepudak.
2.      Pangeran Prabu Kencana, bergelar Ratu Anom Kusuma Yudha.
3.      Raden Bekut, bergelar Panembahan Kota Balai.
4.      Raden Mas Dungun.

Sedangkan Raja-raja yang berkuasa pada jaman Islam antara lain:
1.      Raden Sulaiman, bergelar Sultan Muhammad Syafeiuddin I
2.      Raden Bima, bergelar Sultan Muhammad Tajuddin
3.      Raden Mulia, bergelar Sultan Umar Akamuddin I
4.      Raden Bungsu, bergelar Sultan Abubakar Kamaluddin
5.      Raden Jamak, bergelar Sultan Umar Akamuddin II
6.      Sultan Muda Ahmad Tajuddin
7.      Sultan Abubakar Tajuddin I
8.      Raden Pasu, bergelar Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin I
9.      Raden Samba, bergelar Sultan Usman Kamaluddin (wakil)
10.  Raden Semar, bergelar Sultan Umar Akamuddin III (wakil)
11.  Pangeran Ratu Natakusuma bergelar Sultan Abubakar Tajuddin II
12.  Raden Toko, bergelar Sultan Umar Kamaluddin
13.  Raden Syafeiuddin, bergelar Sultan Muhammad Syafeiuddin II
14.  Raden Muhammad Aryadiningrat, bergelar Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin II
15.  Raden Muhammad Mulia Ibrahim, bergelar Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafeiuddin.

D.    BUKTI-BUKTI PENINGGALAN KESULTANAN SAMBAS
Peninggalan Kerajaan Sambas yang sampai sekarang masih bisa dlihat adalah:
1)      Kota Lama merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Sambas pra-Islam yang salah satu raja terbesr adalah Ratu Sepundak.
2)      Kota Bangun merupakan tempat dimana Raja Tengah menambatkan perahu dan membangun pemukiman termasuk sebuah masjid untuk keluarga dan rombongannya. Masjid kini telah dibangun kembali sehingga bentuk bangunan asli sudah tidak ada lagi. Masjid baru yang dibangun diatas masjid lama tersebut dikenal dengan nama Masjid Raden Sulaiaman.
3)      Kota Bandir merupakan awal tempat tinggal Raden Sulaiaman selama tiga tahun,kota sekarang bernama Desa mensemat, kecamatan saljad terdapat makam keramat bantilan, yaitu salah satu tertinggi kerajaan kerajaan Sambas yang pernah menolong sulaiman pada waktu pergi dari kota lama. Begitu juga makam tua didaerah suak nibung, desa segerunding dikecamatan saljad yang belum diketahui namanya. Bila jika dikaitkan dengan nama desa, maka diduga makam tersebut adalah makam dari petinggi kerajaan sambas yang setia kepada Raden Sulaiman.
4)      Lubuk Madung memiliki cerita historis, selain sebagai pusat pemerinahan kesultanan sambas yang pertama, ubug madung juga merupakan tempat dimana Raden sulaiman dinobatkan menjadi sultan dan bersama keluargany dan pengikutnya menyebabkan agama islam. Dilubug madung sekarang bernama desa lubug dagang kemudian kemudian sambas dapat dijumpai makam-makam tua yang merupakan makam para pejabat.
5)      Muara Ulakan menyimpan paling banyak peninggalan dari kesultanan sambas. Dipinggir utama muara ulakan inilah berdiri jami yang bernama masji Agung Jami’sultan Muhammad Tsafiudin II yang dibangun oleh Sultan Muhammad Tsafiudin pada tanggal 1 oktober 1885 M. disamping Masjid berdiri sebuah istana Alwatzikhobila, istana kesultanan Sambas dibangun oleh sultan Muhammad Tsafiudin II yang memerintah tahun 1866-1922 M. Namun istana tersebut sudah mengalami perubahan dan istana kita temui  sekarang adalah bangunan istana baru yang didirikan oleh Muhmmad mula Ibahim Tsafiudin pada 1933.
6)      Tiang Bendera, tiang bendera tersebut terdapat ditengah alun-alun utama memiliki tiang bendera yang bentuknya seperti tiang perahu layar dan dibawahnya terdapat tiga buah meriam. Meriam melambangkan bahwa kerajan Sambas pernah mengalami kejayaan dan memiliki angktan laut yang kuat pada masa pemerintahan Sultan Abubakar Tajudin I ( Marhum Jangut ) yang memerintahkan pada 1793-1815 dengan panglima nya bernama pangeran Anom ( Marhum Anom ) yang saat diangkat menjadi raja bergelar Sultan Muhammad Ali Tsafiuddin I pada Mulia Ibrahim pada 1815-1828
7)      Makam-makam Sultan-Sultan Sambas tersebar dibeberapa lokasi yang semuanya berada dikawasan Keraton Kesultanan Sambas, namun ada dua lokasi pemakaman dimana sultan dimakamkan pertama diarea jalan Marmun dan jalan Sukamantri yang terletak disebelah utara keraton dapat ditemui beberpa makam antara lain makam Raden Bima ( Sultan Muhammad Tajuddin ), Raden Semar (Sultan Umar Aqamaddin III ), Raden Ishak (sultan Abubakar Tajudin II), Rade Millam (Sultan Umar Aqamaddin II), hingga Pangeran Ratu Winata Kusuma. Kedua di jalan Sultan Muhammad Tsafiudin yang terletak disebelah timur keraton dapat ditemui makam Raden Bungsu dan Raden Afiudin.  
























BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa Berdasarkan silsilah raja-raja kesutanan Sambas tulisan Sultan Tsafiudin II disebutkan sultan pertama Sambas adalah Raden Sulaiman yang bergelar Sultan Muhammad Tsafiuddin. Raden Sulaiman merupakan anak dari Raja Tengah dari Kerajaan Brunei dan putera Surya Kesuma dari Kerajaan Sukadana.
Raja Tengah berkunjung ke Sambas didasari oleh cerita bibinya saat ia berada di Johor yang menyatakan sambas adalah daerah tambang emas dan merupakan salah satu wilayah kekuasaan Kerajaan Johor. Tengah mewujudkan keinginannya dengan membawa keluarganya pergi ke Sambas. Kedatangannya disambut baik oleh Ratu Sepudak, raja Sambas pada saat itu. Bahkan kemudian mereka menikahkan anak mereka yakni Raden Sulaiman putera raja Tengah dengan Puteri Mas Ayu Bungsu puteri Ratu Sepundak.
Berdasarkan pendapat para ahli sejarah, Santubong pernah menjadi pusat pemerintahan Raja Tengah di Serawak. Selain itu diSantubong ditemukan tambang emas sesuai dengan berita cina yang menyebutkan bahwa puni atau Brunei dan San Hu Chung Santubong atau disebut juga Sawaku dalam Negarakertagama sebagai penghasil emas.
Keterangan mengenai Raden Sulaiman bergelar Sultan Muhammad Tsafiuddin yang merupakan gelar pertama di kesultanan sambas maka dapat disimpulkan bahwa Ratu Anom Kesuma Yuda dan Pangeran Mangkurat sebagai pengganti Ratu Sepundak kemungkinan masih beragama Hindu. Jadi pendapat yang menyatakan bahwa Ratu Sepudak merupakan Raja Hindu terakhir adalah salah.
Adapun mengenai Sultan Tsafiuddin walaupun dikenal sebagai penganut Islam yang taat karena memiliki daerah Melayu, namun kehidupannya masih dipengaruhi oleh budaya Hindu. Hal ini terbukti dari nama-nama keturunannya yang  masih menggunakan nama-nama tokoh pewayangan seperti kisah Mahabarata, seperti Raden Bima yang setelah dinobatkan bergelar Sultan Muhammad Tajuddin. Raden Bima lah yang kemudian memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Sambas diMuara Ulakan sampai sekarang.


DAFTAR PUSTAKA

Macropedia [Online] Tersedia http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Sambas. html [30 September 2011].
Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Kalimantan Barat. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak.
Usman, syafaruddin, MHD. Untaian Kisah Perjuangan Rakyat Kalimantan Barat.